LITERATURA POLITIKA, (LIBERDADETL.com) — Pada 27 Oktober 2025, Sekretaris Jenderal Partai FRETILIN, Mari Alkatiri, kembali ke Timor-Leste setelah kunjungan resmi ke beberapa negara Eropa. Dalam kedatangannya, Alkatiri tidak memberikan pernyataan apa pun terkait Ró Haksolok, yang sejak beberapa tahun terakhir menjadi sorotan publik dan pemerintah.
Ró Haksolok memiliki sejarah panjang, ketika Ró Haksolok ini dibangun dengan tujuan memperkuat konektivitas laut antara Oecusse dan Dili. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan transportasi antarwilayah, mendukung mobilitas masyarakat, serta memperlancar distribusi logistik dan perdagangan internal. Namun, sejak awal, Ró Haksolok ini menghadapi berbagai hambatan administratif dan teknis yang membuat operasionalnya tertunda.
Proses pengiriman dan pengoperasian Ró Haksolok berjalan lambat. Hingga kini, Ró Haksolok yang seharusnya menjadi tulang punggung transportasi laut antara Oecusse dan Dili belum tiba di Timor-Leste. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran publik terkait efektivitas perencanaan proyek pemerintah dan pengawasan terhadap investasi besar di sektor transportasi.
Ketidakjelasan ini juga memunculkan spekulasi mengenai peran pejabat dan pihak swasta dalam pengelolaan Ró Haksolok. Masyarakat menunggu kepastian kapan Haksolok akan tiba, siapa yang bertanggung jawab atas penundaan, dan bagaimana Ró Haksolok ini akan dimanfaatkan demi kepentingan publik.
Kembalinya Mari Alkatiri tanpa komentar terkait Haksolok menambah ketegangan dan menyoroti kesenjangan antara harapan rakyat dan komunikasi politik. Para pengamat menekankan pentingnya transparansi dalam proyek strategis, agar investasi signifikan seperti Ró Haksolok memberikan manfaat nyata bagi seluruh masyarakat Timor-Leste.
